Bukan Me-Rela-kan Kepergiannya

Muhammad Haydan Afiq Aslamulhaq, Anak ketiga kami yang meninggal dunia tepat pada malam tahun Baru 2024. Saya sudah menghitungnya dengan tepat, waktu bersama dengannya ada 277 hari dalam perut saya dan 166 hari ada di dunia. Tapi saya meyakini masih ada banyak waktu bersamanya lagi nanti saat di Akhirat, tepatnya di Surga-Nya. Aamiin..

Berbagai Perasaan
Saat itu pertama kalinya saya melihat suami menangis di depan saya. Saya apalagi, mencoba me”rela”kan kepergiannya tentu dengan cara menangis. Perasaan yang bercampur aduk jadi satu, antara sedih yang menyayat, gundah, kecewa, menyesal, bersalah, resah, lega, dan bahagia. Sedih dan gundah karena ditinggalkan buah hati yang diperjuangkan selama ini. Kecewa karena bertanya mengapa usianya hanya sebentar. Bersalah karena merasa kurang maksimal dalam merawat dan menjaga. Resah karena bingung memikirkan apa yang akan diperbuat selanjutnya. Lega karena sudah tidak ikut merasakan kesakitannya lagi. Dan bahagia karena yakin nanti akan bertemu di Surga lagi.

Menyimpan Kenangan
Tidak mudah ternyata melupakan sosok yang sudah pernah hadir dalam hidup kita, namun itu yang harus kami lalui. Salah satu cara pertama yang pernah kami lakukan saat itu adalah dengan memberikan waktu agar kenangan-kenangan bersamanya terus muncul, bahkan jika waktu telah berlalu.

Masih ingat saat pertama kali pulang dari rumah sakit dengan membawa jenazahnya. Ada satu bantal koala kecil yang selalu menemaninya saat di Rumah Sakit, entah itu dipakai atau cuma ditaruh disampingnya, atau bahkan dipakai Ibunya saat menunggu. Bantal itu pemberian Pak Pekik, teman satu Prodi saya, buat Haydan. Bantal itu masih bau kringat Haydan, keringat khas bayi yang bercampur minyak telon. Suami saya sampai bilang, “Biarkan saja bantalnya, tidak usah dicuci!” saat membereskan semua perlengkapan, baju, dll yang dibawa saat ke rumah sakit.

Memang benar hanya bantal itu satu-satunya yang masih berbau khas Haydan, karena baju terakhir yang dipakai sudah digunting dan dibuang saat memandikannya di Rumah Sakit. Namun ternyata bau yang tertinggal itu tidak bertahan lama. Hanya dua hari saja baunya sudah menghilang.

“Ketika seseorang memikirkan orang yang telah pergi terus-menerus, berulang kali memutar kenangan, itu seringkali karena ia masih ingin menjaga kenangan itu agar tetap hidup”

Terkadang cara tersebut terasa seperti kita tidak bisa merelakan kepergiannya. Padahal pikiran sebenarnya mungkin mencoba untuk mengingat kenangan yang membuat bahagia dari kesedihan. Jadi ketika kita terus-menerus mengulang sesuatu, mungkin ada memori penting yang dapat memberikan kedamaian dalam proses berdamai dengan keadaan.

Sidoarjo, 17 Januari 2024
Ibu Haydan

Perjalanan Seorang Haydan Kecil

Melanjutkan cerita sebelumnya, tentang anak Haydan, pada jurnal kali ini saya menuliskan perjalanan Haydan dalam berikhtiar meningkatkan kualitas hidupnya.

Keluar dari NICU
Setelah keluar dari NICU tepat usianya 10 hari, tentu membuat kami sebagai orang tuanya behagia. Terlebih sebagai ibu, setelah 9 bulan mengandungnya dan setelah lahir harus dipisahkan selama 10 hari pasti perasaan sangat bercampur aduk. Dengan sangat bersyukur malam itu, tepat adzan maghrib berkumandang, kami bisa membawa pulang anak Haydan dari RSAL.

Sampai di rumah kebahagiaan kami sangat terpancar. Wajah imutnya yg mungil setelah dari NICU karena minum ASI yang harus ditakar per ml, sekarang di rumah dia sudah berada minum susu langsung dalam dekapan Ibu.

Ternyata tidak berselang lama kebahagiaan kami sedikit terganggu, karena di rumah dua minggu, Haydan mulai kejang lagi. Memang tidak lama dan semenakutkan masnya (Hizqil yang kejang Panas). Kejangnya Haydan cuma dalam hitungan detik, dan tanpa gejala. Jadi setelah berhenti kami tidak langsung membawanya ke Rumah sakit. Namun menunggu besoknya membawa ke Puskesmas untuk berkonsultasi. Disambi saya mulai cari-cari informasi di Google dan Youtube. Gejala, dampak, penanganan, dan banyak lainnya yang membuat pikiran saya bercampur aduk. Karena banyak dijelaskan kalau ada gejala kejang berulang lebih dari 2x dan berjarak lebih dari 24 jam berarti dianggap sebagai Epilepsi.

Sampai di Puskesmas saya dimarahi oleh Nakes (Bidan) disana, karena kejang kok tidak langsung dibawah ke IGD RS, meski saya sudah jelaskan kalau kejangnya cuma dalam hitungan detik, dan setelahnya sudah seperti tidak terjadi apa-apa. Akhirnya saya diteruskan ke dokter umumnya. Setelah mendengar cerita saya, sang Dokter memahami dan menganjurkan Rawat jalan saja dengan memberikan surat rujukan ke Dokter Spesialis Anak.

USG Kepala
Setelah Mendapat rujukan ke dokter Spesialis anak (DSA), saat itu juga saya berangkat ke RS. Siti Khodijah. Masih ingat saat itu tanggal 25 Agustus 2023, disana setelah mendapat cerita tentang kejangnya Haydan, DSA mulai memberikan banyak pengarahan dan informasi yang memungkinkan. Seperti Epilepsi, Keterlambatan Perkembangan, dll. yang kurang lebih saya sudah dapat spoilernya dari informasi yg saya cari secara online.

Karena Statemen DSA itu badan saya mulai lemas langsung dan mulai banyak berandai-andai tentang kemungkinan yang ada. bagaimana kalau anak saya ini dan itu. DSA tersebut juga menyuruh kami untuk USG Kepala dulu di RS Siti Khodijah, agar bisa dilihat kondisi kepalanya Haydan.

Saya baru tau ternyata USG bisa digunakan untuk kepala juga, saya pikir hanya untuk kehamilan saja. Dan Hasilnya dari USG kepala itu bisa dilihat kalau kepala Haydan sedikit mengalami penyusutan dan beberapa folikel yang melebar tandanya ada masalah diotaknya. Akhirnya DSA tersebut merujuk kami untuk berobat lebih lanjut ke RSUD Dr. Soetomo, sembari memberi obat anti kejang Asam Vaproat dengan dosis masih minimum, 0,8mlx2.

Rencana CT Scan dan EEG
Tanpa berpikir panjang, jadwal selanjutnya kami bertemu dengan Dokter Syaraf Anak RSUD Dr. Soetomo. karena jadwal Anak Syaraf hanya Senin dan Rabu, kami berangkat langsung pada Hari Senin, 28 Agustus 2023. Seperti prediksi RSUD Dr. Soetomo yang terkenal sangat padat pasien, kami seharian dari pagi sampai sore hanya menghabiskan di poli Anak, dan bertemu dokternya hanya beberapa menit yang langsung menyuruh tes CT Scan dan EEG.

Saya pikir, jadwal CT Scan bisa langsung dapat minimal nunggu beberapa hari saja, ternyata tidak. Saat mendaftar, ternyata Haydan dapat jadwal 1 bulan setelahnya untuk CT Scan, sekitar bulan Oktober baru bisa dites. Begitu juga EEG tidak bisa langsung, tapi menunggu jadwal semingguan lebih. akhirnya kita pulang dengan membawa resep obat kejang baru, Sibital Phenoberbital yang katanya di Apotik RSUD sedang kosong.

Karena pulang tanpa mendapatkan obat baru, akhirnya saya melanjutkan obat anti kejang sebelumnya yg dapat dari RS Siti Khodijah, Asam Vaproat.

CT Scan dan EEG di RSAL
4 hari setelah kontrol, ternyata tepat hari jum’at pagi, tiba-tiba Haydan sesek, wajanya biru, dan hidungnya berdarah. Tanpa pikir panjang kami langsung melarikannya ke IGD RS terdekat. Dan yang paling dekat adalah di RSUD Sidoarjo Barat, Krian. Karena mengetahui riwayat kejang yang saya ceritakan akhirnya Haydan dirujuk ke RS yang lebih besar. Pilihannya ada RSUD Soetomo atau RSAL. Ternyata yang konfirmasi terlebih dahulu adalah RSAL, maka berangkatlah Haydan di rujuk ke RSAL.

Tanggal 1 September 2023 malam kami sudah sampai di IGD RSAL. Namun sampai keesokan subuh masih belum dipindahkan ke ruangan karena menunggu konfirmasi DSA. Subuh tanggal 2 September 2023 akhirnya Haydan dimasukkan di PICU (Pediatric ICU) RSAL. Disini anaknya ditinggal sendirian dan tidak boleh ditunggu keluarga.

Disinilah Haydan dites CT Scan dan EEG tanpa harus menunggu lama karena sebagai Pasien Rawat Inap. tanggal 5 September 2023, Haydan di CT Scan dan hasilnya tidak perlu ada perlakuan (Spt Operasi dll) karena memang Otaknya yang cacat menyusut karena kurang oksigen (Atrofi Otak). Untuk EEG hasilnya adalah Abnormal I, yang entahlah artinya apa, yang pasti semua bagian otaknya gampang memicu kejang.

Hasilnya setelah kurang lebih 1 bulan di RSAL, dan setelah keluar masuk PICU, Kamar Biasa, PICU lagi, Kamar Biasa, Haydan bisa dipulangkan. Dan mendapat terapi Obat sebanyak 3 macam; Asam Vaproat 1,5 ml, Phenitoin 15 mg, Sibital Phenoberbital 15mg.

Tidak sampai disitu, perjalanan Haydan masih Panjang. Tapi sepertinya akan semakin panjang kalau ditulis disini. Seperti Tes MRI, tes EKG, dll. karena sudah terlalu panjangm besok akan dilanjutkan lagi.

Kita Berencana, Tuhan yang Menentukan

September tahun 2022, sengaja saya melepas KB implan yang sudah tertanam selama 3 tahun di lengan kiri saya. Harapannya, kami bisa menambah momongan lagi, terutama dalam lubuk hati kecil saya menginginkan anak perempuan. Memang kata orang anak laki-laki dan perempuan sama saja, tapi tetap saja ada keinginan kecil yang mendorong saya untuk memiliki anak perempuan.
Oktober tahun 2022, sesuai prediksi, setelah 1 bulan lepas KB, saya kembali mengandung, setelah mengikuti beberapa tutorial cara mendapatkan anak perempuan di Youtube maupun di mbah Google. Kehamilan kali ini saya merasa sudah berpengalaman dalam mengandung, setelah mengandung 3x dan melahirkan 2x.

Selama kehamilan tidak ada kendala yang cukup berarti selain nggreges selama trimester pertama. Bahkan pada bulan ketiga kehamilan, saya sempat touring menggunakan Jeep dilembah gunung merapi (Lava Tour).
Minggu ke 16 kehamilan kami sudah mendapatkan info bahwa bakal calon anak ketiga kami adalah laki-laki (lagi). Ternyata sedikit tutorial yang saya pelajari belum berhasil. Tapi kami tetap bersyukur dan berdoa semoga jabang bayi bisa lahir sehat dan selamat. Ternyata saya masih dipercayai untuk merawat anak laki-laki lagi.

Bulan Juli 2023, saya mulai mengajukan cuti untuk mempersiapkan kelahiran bayi ketiga kami. dan Alhamdulillah, tepat pada tanggal 18 Juli 2023 malam, dimana malam itu bertepatan dengan malam 1 Suro (1 Muharrom 1445) pukul 21.30 lahirlah putra ke-3 kami.

Disini saya akan bercerita detik-detik persalinan saya. Seperti yang sudah saya sampaikan, ini adalah kehamilan ke-4 saya dan saya pernah melahirkan 2x, karena saya sempat keguguran 1 kali pada awal pernikahan dulu.

Hari itu, tgl 18 Juli 2023 Subuh, perut saya sudah mulai berkontraksi. Sebenarnya HPL saya jatuh pada tanggal 21 Juli 2023. Tapi sesuai pengalaman yang sudah pernah saya alami, saya yakin hari itu saya akan melahirkan. Karena masih sedikit-sedikit terasa kontraksinya, saya masih sedikit santai. Bahkan seharian dari pagi sampai sore saya masih sempat mengoreksi hasil pembelajaran dan mengolah nilainya hingga tervalidasi. Saat itu saya sedikit ngebut karena pengumuman batas akhir validasi nilai adalah tanggal 19 Juli 2023.

Tepat sore hari, urusan nilai sudah beres. Habis sholat maghrib tanggal 18 Juli 2023 sekitar pukul 18.00 WIB, saya mengajak suami berangkat menuju rumah sakit, dan menitipkan anak-anak ke rumah bibi dan bude-nya. Sampai di RS Arafah Anwar Medika, Sukodono, ternyata saya sudah pembukaan 3, tandanya sebentar lagi saya akan melahirkan. Kalau memang benar malam ini saya melahirkan, berarti tanggal lahir anak ketiga kami ini sama persis dengan tanggal lahir anak kedua kami, tanggal 18 Juli. Kalau melewati jam 12 malam, berarti selisih satu hari.
Detik demi detik saya menunggu dan menikmati gelombang cinta yang semakin lama semakin menyakitkan rasanya. Tapi karena sudah pengalaman 2x melahirkan secara normal, saya sedikit tenang dan menanamkan dalam hati saya bahwa sakit ini tidak akan lama, sebentar lagi setelah jabang bayi keluar, sakitnya akan hilang sirna tak berbekas dan diganti dengan kebahagiaan.
Tepat pukul 21.20 sakitnya sudah mulai memuncak, tandanya si bayi sudah mau keluar. Dan benar, pukul 21.30 bayi laki-laki keluar dari perut saya. Namun…

Perasaan kali ini berbeda, benar saya bahagia sudah berhasil mengeluarkan bayi dari perut saya secara normal. Tapi bayi saya tidak menangis, badannya biru. Ada perasaan was-was dalam hati saya. Bidan penolong pun segera memberi sinyal darurat sambil berteriak memanggil teman-temannya. Beberapa tenaga medis yang standby diluar langsung sigap berdatangan dengan membawa segala keperluan. Ada yang membawa selang-selangan, dan beberapa alat lain yang bahkan saya tidak tau fungsinya untuk apa.
Setelah tali pusat dipotong, bayi saya diangkat ditepuk-tepuk, dibolak balik, selang-selang dimasukkan untuk menyedot cairan, dan banyak lagi. Sampai beberapa menit bayi saya belum menangis, dan langsung dipindahkan dari ruang persalinan menuju ruang intensif.
Tidak ada IMD (Inisiasi Menyusu Dini) maupun suara tangisan bayi yang saya dengar. Mata saya mulai berkaca-kaca menahan tangis, bahkan ternyata saat saya menuliskan cerita ini saja tak terasa airmata saya masih menetes.

Disela menunggu kabar bayi saya yang bahkan wajahnya pun belum saya lihat, hati saya semakin pilu saat mendengar beberapa tangisan bayi disamping kanan kiri yang juga baru saja dilahirkan. Dalam hati semakin terpuruk, anak saya tidak menangis.
Kalau sebelum-sebelumnya setelah melahirkan anak pertama dan kedua, setelah bayi keluar dan melihat wajahnya segala lelah yang sudah dilewati serasa sirna tak berasa. Namun kali ini tubuh saya semakin lemas dan terus lemas menantikan kabar dari sang bayi.

Setelah menunggu beberapa waktu, saya tidak bisa tidur hari itu, sampai subuh tanggal 19 Juli 2023 barulah saya mendapatkan info bayi saya sudah mulai stabil meski harus dipasang beberapa alat bantuan nafas, infus, dan lainnya di dalam inkubator. Kali itu pertama kalinya saya dipertemukan dan melihat bayi saya dalam inkubator. Hanya bisa memasukkan tangan saya sambil memegang kulit mulusnya. Dia putih bersih, segar, tidak nampak kesakitan sama sekali, Alhamdulillah. Berat lahirnya 3,6 Kg dan panjangnya 51 cm.

Sore tanggal 19 Juli 2023 saya sudah boleh pulang, tapi sang bayi masih harus ditinggal sampai kondisinya benar-benar stabil. Saya mulai diminta air susu untuk dikasihkan ke bayi. Tapi apa daya hari itu ASI saya belum bisa keluar sama sekali. Akhirnya, sempat kami belikan susu formula, NAN PH Pro, merk yang diminta.

Setelah diperbolehkan pulang, saya pulang tanpa membawa bayi, dan perut saya sudah kosong. Sedih rasanya. Kami masih diperbolehkan menjenguk bayinya di jam besuk, pukul 10-12 siang. selebihnya tidak diperbolehkan masuk.

Hari ketiga dini hari, tgl 21 Juli 2023, saya mendapatkan telepon dari RS, mengabarkan bahwa bayi saya drop, sistem pernafasannya bermasalah dan harus dirujuk ke RS lain yang grade nya lebih bagus dan alatnya lebih komplit. Bagai disambar petir di malam hari, kami langsung berangkat ke rumah sakit. Sesampai di RS saya diberi penjelasan mengenai kondisi sang bayi, tapi entah tidak ada yang bisa saya cerna dan tidak bisa masuk kedalam pikiran. Intinya bayi saya harus dirujuk, dipindah rumah sakit, dan RS rujukannya adalah RSPAL, Dr. Ramelan, Surabaya.

Proses perujukan ternyata membutuhkan waktu yang sangat lama. Hari itu, dari Jum’at pagi hingga malam, baru bisa dipindahkan. Dan Akhirnya bayi saya masuk di NICU (Neonatal ICU) yang mana orang tua si bayi sama sekali tidak diperbolehkan masuk dan melihat bayinya. Orang tua hanya diperbolehkan mengirim ASI dan konsultasi dengan dokter dari luar ruangan. FYI, sejak jum’at itu ASI saya bisa keluar dan qodarullah sekali perah bisa lumayan sampai 50cc. Akhirnya persediaan ASI bayi selama dirawat di NICU aman.

Setelah seminggu di RSAL, 10 hari setelah kelahirannya, tanggal 28 Juli 2023 malam, dan setelah beberapa drama akhirnya sang Bayi diperbolehkan pulang. Betapa bahagianya dan senangnya hati saat itu. Setelah kelahiran belum sempat dan pernah menggendongnya sama sekali, akhirnya bisa menggendong juga. Sebelum pulang, Perawat yang menjaga mengabarkan kalau anak saya sempat kejang 1x selama di NICU, pada usianya yg ke 7 hari, tapi dua hari diobservasi ternyata tidak kejang lagi, jadi diperbolehkan pulang. Dari sana ada perasaan janggal, mengurangi euforia akan kepulangan bayi. Sempat terbesit berbagai pertanyaan dalam benak, kenapa bayi saya? Apakah masih sakit? Kenapa kejang? tapi semua itu tertepis setelah bayi berada dalam gendongan saya dan sampai di Rumah dengan selamat.

Dan ternyata benar, cerita si bayi anak ke-tiga tidak berhenti sampai disitu, masih banyak PR yang ternyata harus dikerjakan.

Cerita Singkat Sang Mas (Air Keluar)

Mas: Buk, mimik air putih!
Ibuk: (mengambil botol minum air putihnya) minum 3x (teguk)!
Mas: (Lupa alias tidak sadar sampai minum 2 teguk, kemudian nangis) Gak mau banyak-banyak, mimik 1 ae, aire dikeluarkan!!!
Ibuk: Gpp nak, gak bisa dikeluarkan aire,,,
Mas: Gak mau, aire dikeluarkan,,, (sambil bergaya mau memuntah-muntahkan airnya) hoek, hoek…
Ayah: Yawis ayok dikeluarkan aire nang jeding. sambil pipis!
Mas: (Nurut dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah pipis) Alhamdulillah ibuk, aire wis dikeluarkan mau.
Ibuk: Alhamdulillah,,, (wkwkwk)

TERUNTUK EMAK-EMAK MILENIAL YANG GEMAR MENENGOK ORANG SAKIT DI RUMAH SAKIT

Sudah sangat lama sekali saya jarang update status di facebook, media sosial yg sempat sy gandrungi di masa-masa jd mahasiswa dulu. Tapi sekarang semenjak menjadi emak-emak sepertinya kegandrungan sy sudah mulai berkurang.

Kali ini saya ingin menuliskan unek-unek sy yg mungkin juga sedikit masukan buat emak-emak milenial yg gemar menengok orang sakit di rumah sakit. Kenapa emak-emak? jawabannya mungkin sudah umum, banyak yg sudah bisa menjawab. Kenapa di Rumah Sakit? jawabannya karena sekarang anak sy sedang di rawat di rumah sakit.

Hari Kamis dini hari, Si Sulung masuk rumah sakit karena kejang, panas tinggi setelah sebelumnya sy imunisasikan lanjutan yang katanya diberikan saat usia 18 bulan. Menyesal karena sudah imunisasi dan membuat anak demam setelah sebelumnya sang anak sangat ceria dan aktif? Sedikit, tp bukan itu poin penting yg ingin sy sampaikan di tulisan ini.

Setelah dr IGD, anak sy mendapat fasilitas kamar kelas 1 di rumah sakit tersebut. Meskipun sudah kelas 1, tp sekamar diisi dua pasien, kalau mau sekamar sendirian berati harus masuk kelas VIP. Sebelumnya saya rasa kelas tersebut bukan masalah, toh anak sy juga hanya demam saja, mungkin sebentar sudah boleh pulang.

Namun yg menjadi masalah adalah ketika jam sudah mulai menunjukkan jam besuk.  Di RS ini, jam besuk mulai pukul 10-12 am, dilanjut pukul 3-5 pm (kalau tidak salah). Sepertinya RS sudah membuat peraturan perbesukan agar pasien bisa beristirahat dg tenang dan nyaman. Tapi yg namanya manusia dg kode +62 (termasuk saya) jam tersebut bukanlah acuan untuk  bisa datang menjenguk orang yg sakit di RS ini. Yang artinya bisa menjenguk kapanpun kita mau dan kapanpun kita sempat untuk menjenguk, maka jam jenguk bisa menjadi fleksibel.

Dari sinilah mulai timbul keresahan sy. Tetangga kamar yg masuk lebih dahulu dan sudah hampir pulang karena treatment di rumah sakit sudah selesai, mulai mendapatkan banyak kunjungan yg berdatangan. Mulai dr kelompok teman dan guru TK sang anak, tetangga dekat rumahnya, atau ibu-ibu arisan teman sang mama. Dari sinilah kegaduhan mulai terjadi.

Kondisi kamar yg hanya disekat tirai tinggi membuat kegaduhan yg terjadi cukup mengganggu tetangga sekamar yg juga memiliki pasien, apalagi pasiennya seorang bayi. Bukan masalah yg besar kalau semisal sang anak merasa tidak terganggu dg keributan yg ada. Yang menjadi masalah adalah saat anak sedang rewel mungkin karena merasakan sakit dan tidak dapat beristirahat dengan tenang.

Makanya, tak perlu lah menjenguk orang sakit di RS berlama-lama, yg biasa dilakukan oleh emak-emak milenial jaman now. Bahkan ada sekelompok pengunjung yg sepertinya kerasan bisa sampai berjam-jam mengobrol haha-hihi di kamar RS yg ber AC, ber TV, dan akses wifi gratis ini. Tak perlu lah membahas arisan, bumbu dapur yg naik, atau sepeda anak yg rusak saat menjenguk pasien di RS.

Saya rasa harus ada pelajaran etika saat menjenguk pasien di RS. Cukup menanyakan kabar, kasih support, membuat pasien dan keluarga bahagia atas kedatangan kita tanpa membuat kegaduhan. Selesai dan pulang. Sepertinya hal tersebut tidak membutuhkan waktu yg lama, mungkin 15-30 menit lebih dari cukup. Bukankah pasien yg dikunjungi jg butuh istirahat cukup untuk memulihkan kondisinya?

Muncullah pikiran saya untuk pindah kamar, naik tingkat ke kelas VIP, sekamar yg hanya diisi satu pasien agar anak saya tidak terganggu. Tapi entah mengapa dengan kondisi bumi saat ini, secara kebetulan atau tidak, saat anak saya sakit dan menginap di RS, kondisi RS sangat penuh sesak. Bahkan di IGD, pasien harus rela tinggal sedikit lebih lama dan menunggu kamar sampai ada kamar yg kosong. Keinginan pindah kamar mulai tidak semudah membeli kacang kulit di pasar.

Hallo emak-emak millenial jaman now, menjenguk orang sakit itu kalau dapat bocoran dr malaikat pencatat amal, memang pahalanya sangat sangat besar. Tp cobalah pikirkan jg kondisi sekitar, buatlah lingkungan yg lebih kondusif di RS, jangan sampai ada yg terdholimi karena perbuatan kita. Kalaupun ada, dihitung-hitung entah banyakan mana pahala sama dosa yg kita perbuat secara bersamaan tersebut.

Sekian. Mohon maaf kalau semisal tulisan ini menyinggung beberapa kelompok tertentu. Semoga segala amal perbuatan kita selalu mendapat Ridho-Nya. Aamiin….

Nb:
-Ternyata tulisannya panjang juga yaa. akhirnya pindah posting di blog, karena status FB dibatasi jumlah karakternya.
-Tulisan ini ditulis sepotong-sepotong sambil ngemong si kecil.

Hakekat Perbintangan

Salam hangat kawan, sudah lama saya tidak menggerakkan jemari di blog ini. Dan akhirnya entah ada angin apa yang membuat saya ingin kembali menari-nari di pagi hari.

Kali ini saya ingin menuliskan tentang sebuah hakekat perbintangan. Perbintangan dalam hal ini bukanlah zodiak, ataupun bintang-bintang yang ada dalam ilmu astronomi. Perbintangan yang saya maksud adalah nilai kepuasan kita sebagai pengguna jasa-jasa aplikasi online yang semakin hari semakin marak sehingga mengalahkan jasa konvensional dan biasanya disubmit setelah kita selesai menggunakan jasa tersebut. Baca lebih lanjut

Sales Kompor Bermodus Bagi-Bagi Penghemat Gas Gratis se-RT

Salam hangat kawan…

Hari ini saya ingin bercerita seputar kejadian dan peristiwa yang saya alami kemarin. Senin, 29 Januari 2018. Seperti judul yang saya tuliskan diatas, cerita ini seputar Sales yang bermodus. Modusnya adalah membagikan alat pengaman dan penghemat gas secara gratis kepada seluruh warga RT. Oh ya, sepertinya saya belum bercerita kalau per Januari 2018 ini suami saya mulai menjabat sebagai Ketua RT 03. Baca lebih lanjut

Satu Tahun Yang Lalu…

Salam hangat kawan…
Tak terasa sudah satu tahun lebih saya tidak menyambangi lapak ini. 😆
Bagaimana kabar kawan semua? semoga baik semua yaa…

Jadi ceritanya sekarang ini saya tiba-tiba sangat ingin menyambangi lapak lama ini untuk sekedar berkicau pagi setelah sekian lama berdiam diri dengan segala hiruk pikuk kesibukan dunia #tsah…

Dan saya memilih judul “Satu Tahun yang Lalu” karena memang kebetulan kurang lebih satu tahun yang lalu saya mengalami perubahan hidup yang cukup amazing untuk diceritakan dan baru saat ini sempat untuk menuliskannya disini.

Satu tahun yang lalu bertepatan dengan perayaan pernikahan saya dengan seseorang yang secara spontan dikirimkan oleh Yang Maha Kuasa untuk menemani saya dalam melewati kehidupan di dunia yang hanya sementara ini. Semoga hingga abadan abad dunia akhirat. Amin Yaa Robbal Alamin… Baca lebih lanjut